MENGGUNAKAN/MEMANFAATKAN (USING) TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MENGGUNAKAN/MEMANFAATKAN (USING) TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Pendidikan
DOSEN PENGAMPU: ISMATUL MAULA, M.Pd
Disusun Oleh :
Juliana (1811170009)
Mawardah Tul Jannah (1811170011)
Siti Samsinar (1811170019)

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Jurusan Tarbiyah Dan Keguruan
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis
Tahun Ajaran 2018/2019






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Teknologi berperan penting dalam pendidikan,Teknologi dan media yang dirancang secara khusus bisa memberi kontribusi bagi pengajaran yang efektif dan bisa membantu siswa meraih potensi tertinggi mereka.
Karena pada dasarnya semua teknologi pendidikan adalah baik, meskipun perkembangan teknologi sekarang sudah berkembang, dan tidak bisa terbendung lagi. Namun yang menjadi pertimbagan baik buruknya sebuah teknologi adalah tergantung pengunaannya.
Oleh karena itu para pendidik harus  bisa mengarahkan, membimbing serta mendidik mereka agar mereka tidak terpengaruh dengan adanya perkembangan teknologi tersebut. Dari lembaga pendidikan inilah anak didik supaya diarahkan tentang bagaimana peran dan pemanfaatan teknologi dalam kehidupannya.
Teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses teknologi yang tepat dan sumber daya. Sumber daya jangka dipahami untuk memasukkan alat-alat, bahan, perangkat, pengaturan, dan orang-orang bahwa peserta didik berinteraksi dengan untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja.
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia. Proses pendidikan tidak lepas dari belajar sebab tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat mengembangkan minat, bakat dan cita-cita yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

B.     Rumusan Masalah
A.     Pengertian Teknologi
B.     Perkembangan Teknologi Pendidikan
C.     Penerapan Teknologi Pendidikan pada Pendidikan Agama Islam
D.     Hal Berkaitan Dengan Teknologi Pendidikan
E.      Teknologi Dalam Pendidikan
F.      Cara-Cara Menggunakan Atau Memanfaatkan Alat-Alat Teknologi Pendidikan Dan Jaringan Informasi
G.     Pengembangan jaringan informasi


C.     Tujuan
A.     Untuk mengetahui Pengertian Teknologi
B.     Untuk mengetahui Perkembangan Teknologi Pendidikan
C.     Untuk mengetahui Penerapan Teknologi Pendidikan pada Pendidikan Agama Islam
D.     Untuk mengetahui Hal Berkaitan Dengan Teknologi Pendidikan
E.      Untuk mengetahui Teknologi Dalam Pendidikan
F.      Untuk mengetahui Cara-Cara Menggunakan Atau Memanfaatkan Alat-Alat Teknologi Pendidikan Dan Jaringan Informasi
G.     Untuk mengetahui Pengembangan jaringan informasi




      




















BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Teknologi
Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum. Banyak orang berpikir bahwa teknologi adalah hanya mesin atau alat-alat, akan tetapi teknologi memiliki makna sebagai proses yang meningkatkan nilai tambah. Pengertian teknologi sendiri sangat luas dan beragam. Menurut Salisbury (1996) teknologi adalah “systematic application of scientific or other organized knowledge to practical task.”  (Aplikasi sistematik sains atau pengetahuan lain dalam tugas praktikal ). Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa bila kita mengembangkan suatu produk, kedisiplinan, prosedur-prosedur, alat-alat dan teknik-teknik yang disatukan untuk membuat suatu inovasi disebut teknologi. Bila definisi ini diterapkan dalam dunia pendidikan maka teknologi pendidikan merupakan aplikasi sistematik sains dan pengetahuan lain dalam tugas kependidikan.[1]
Dalam artian teknologi sebagai proses, maka pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu teknologi, karena pendidikan itu merupakan proses untuk menjadikan manusia terdidik, atau proses untuk memperoleh nilai tambah (added value), sehingga dapat dikatakan education as technology. Menurut Habibie (1991) “teknologi agar dapat menghasilkan nilai tambah harus memenuhi tiga kriteria, yaitu (1) mempunyai landasan teori untuk pengembangannya, (2) mengandung cara khusus), (3) dapat digunakan untuk mengatasi problem konkret.” Semua bentuk teknologi adalah system yang diciptakan manusia untuk sesuatu tujuan tertentu, yang pada dasarnya adalah mempermudah manusia dan memperingan usahanya, meningkatkan hasil dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada. Teknologi itu pada hakikatnya adalah bebas nilai, namun penggunaannya akan sarat dengan aturan nilai dan estetika.
Sedangkan Rogers (1983, 120 mempunyai pandangan bahwa “teknologi merupakan suatu rancangan langkah instrumental untuk memperkecil keraguan mengenai hubungan sebab akibat dalam mencapai hasil yang diharapkan, dan dikatakan juga bahwa teknologi umumnya mempunyai dua komponen yaitu: aspek perangkat keras yang berupa peralatan dan aspek perangkat lunak yang berupa informasi.”
“Teknologi berarti penerapan sistematis dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke tugas-tugas praktis.” (Galbraith, 1967, h. 24).
Lumsdaine (1964) dalam Romiszoswki (1981: 12) menyebutkan bahwa “Penggunaan istilah teknologi pada pendidikan memiliki keterkaitan dengan konsep produk dan proses. Konsep produk, berkaitan dengan perangkat keras atau hasil-hasil produksi. Yaitu dengan digunakannya berbagai peralatan dalam proses pengajaran.” Pada tahapan teknologi yang sederhana digunakan papan tulis, bagan, objek nyata, dan model-model yang sederhana. Pada tahapan teknologi menengah digunakan OHP, slide, film proyeksi, peralatan elektronik yang sederhana untuk pengajaran, dan peralatan proyeksi (LCD). Sedangkan tahapan teknologi yang tinggi berkaitan dengan penggunaan paket-paket yang kompleks seperti belajar jarak jauh dengan menggunakan radio, televisi, modul, computer assited instruction, serta pengajaran atau stimulus yang kompleks, dan system informasi dial-access melalui telepon, dan lain sebagainya. Penggunaan perangkat keras ini sejalan dengan perkembangan produk industri dan perkembangan masyarakat, seperti e-learning yang memanfaatkan jaringan internet untuk kegiatan pembelajaran. Konsep proses atau perangkat lunak, dipusatkan pada pengembangan pengalaman belajar yang merupakan penerapan pendekatan ilmu dalam pembuatan program pembelajaran. Pengembangan pengalaman belajar ini diusahakan melalui pengembangan program pembelajaran yang sistemik dan sistematis dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, konsep proses dan konsep produk pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan, dalam makna bahwa keduanya bersama-sama ditujukan untuk memberikan pengalaman belajar yang optimal kepada peserta didik.
Penggunaan istilah teknologi dalam pendidikan tidak terlepas dalam kajian James Finn (1960) pada seminar tentang peran teknologi dalam masyarakat, dengan judul makalahnya “Technology and the Instructional Process.” Melalui makalahnya dikaji hubungan antara teknologi dan pendidikan. Argument utama yang disampaikannya didasarkan atas gejala pemanfaatan teknologi dalam kehidupan masyarakat yang memiliki kemiripan dengan kondisi yang terdapat dalam pendidikan. Oleh karena itu, penggunaan istilah teknologi yang digandengkan dengan pendidikan merupakan suatu hal yang tepat dan wajar.
Pengertian teknologi (termasuk teknologi pendidikan) secara umum adalah: proses yang meningkatkan nilai tambah, produk yang digunakan dan atau dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja, struktur atau system di mana proses dan produk itu dikembangkan dan digunakan.
B.     Perkembangan Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar, belajar lebih efektif dan efisien, lebih luas dan lebih cepat, dan seterusnya. Untuk itu ada produk yang dibuat dan ada yang ditemukan dan dimanfaatkan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat pada decade ini dan menawarkan sejumlah kemungkinan yang semula tidak terbayangkan dan telah membalik cara berpikir kita dengan bagaimana mengambil manfaat teknologi tersebut dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran.
Pada awal perkembangan sekitar ratusan tahun yang lalu, teknologi itu dikenal sebagai cara mengajar dengan menggunakan alat peraga hasil buatan sendiri oleh guru di sekolah. Teknologi pendidikan digambarkan sebagai alat-alat audiovisual seperti radio dan kaset. Perkembangan audiovisual pada awal tahun 1990-an merupakan media bergerak yang pertama.
Sejarawan teknologi pendidikan, Paul Saetler (1990) mengakui kesulitan untuk mengidentifikasi kapan dan siapa yang menggunakan istilah Teknologi Pendidikan pertama kali. Dia membuktikan bahwa penggunaan educational engineering pada tahun 1920-an, dan educational technology dan instructional technology pada akhir tahun 1940-an.
Hubungan yang erat antara teknologi industri dan teknologi pendidikan sudah ada sejak awal abad ke-20 (Finn, 1957, Heinich, 1984). Pada 1920 dan 1930, teknologi pendidikan audio dan visual berkembang secara baik. Alat bantu visual umumnya diklasifikasikan dari tingkat kekonkretannya sampai dengan tingkat yang makin abstrak. (Hoban, Hoban dan Zisman, 1937). Alat bantu visual adalah gambar, model, objek atau alat-alat yang dipakai untuk menyajikan pengalaman konkret melalui visualisasi. Dengan adanya perkembangan teknologi, pemanfaatan rekaman suara dan film berusara dalam audio dan visual, sehingga dapat menyajikan pengalaman konkret dan kaya kepada siswa.[2]
Januszewski (2001: 2-15) mengungkapkan bahwa terdapat tiga faktor yang banyak melandasi dan mepertajam teknologi pendidikan sebagai suatu kajian, yaitu engineering (Bern, 1961; Szabo, 1968), science (Finn, 1953; Ely, 1970; Jorgenson, 1981; Saettler, 1990; Shork, 1990), dan the development of the audiovisual education movement (Ely, 1963; Ely, 1970; Jorgerson, 1981; Saettler, 1990; Shrock, 1990). Dari hasil kajiannya menunjukkan bahwa teknologi pendidikan memiliki keterkaitan dan saling kebergantungan dengan ketiga faktor tersebut (engineering, science, dan audiovisual education).
Pada 1960-an, teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang banyak mendapat perhatian di lingkungan ahli pendidikan. Pada awalnya, teknologi pendidikan merupakan kelanjutan perkembangan dari kajian-kajian tentang penggunaan audiovisual, dan program belajar dalam penyelenggraan pendidikan. Kajian tersebut pada hakikatnya merupakan usaha dalam memecahkan masalah belajar manusia (human learning. Solusi yang diambil melalui kajian teknologi pendidikan bahwa pemecahan masalah belajar perlu menggunakan pendekatan-pendekatan yang fungsional dengan banyak memfungsikan pemanfaatan sumber belajar (learning resources) untuk kepentingan pemecahan masalah belajar yang dihadapi setiap peserta didik.
Sejarah secara signifikan menunjukan pada 1980-an perkembangan teknologi pendidikan selaras dengan perkembangan mikrokomputer dan pengadopsian yang sangat cepat dalam perkembangan sistem pembelajaran.  Aplikasi pembelajaran mikrokomputer telah mendominasi literature rancangan pembelajaran. Kemungkinan terbukanya mikrokomputer dalam pemanfaatan pembelajaran dalam psikologi kognitif dan strategi rekayasa pengetahuan. Tahun 1980-an telah menjadi saksi mata tumbuhnya pemanfaatan perkembangan pembelajaran oleh dunia bisnis dan kelompok nonsekolah lainnya.
Teknologi informasi dan komunikasi mendominasi teknologi pendidikan antara tahun 1980-1990-an hingga saat ini. Ditandai dengan banyaknya sumber belajar dan bahan-bahan ajar yang berasal dari computer dan internet. Aplikasi teknologi komunikasi dan informasi telah memungkinkan terciptanya lingkungan belajar global yang berhubungan dengan jaringan yang menempatkan siswa di tengah-tengah proses pembelajaran, dikelilingi berbagai sumber belajar dan layanan elektronik. Penggunaan teknologi berbasis computer seperti videodiscs, CD-ROMs, Multimedia, digital presentation, interaktif video, teleconferencing, compressed video dan internet secara langsung menambah dan meningkatkan proses belajar mengajar. Internet telah menjadi sumber belajar atau perpustakaan yang terbesar yang di dalamnya terdapat jutaan bahkan miliaran informasi. Dengan internet kita dapat berkomunikasi dan belajar secara langsung waktu dalam jarak yang jauh dan tempat yang beerbeda (digital online).
Belajar pada manusia merupakan objek formal dari teknologi pendidikan, baik sebagai pribadi maupun yang tergabung dalam organisasi. Belajar itu tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan ataupun pelatihan. Belajar dapat dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja dengan cara dan apa yang sesuai dengan kondisi dan keperluan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih menitikberatkan pada pemecahan masalah dalam bidang persekolahan. Sedangkan bidang garapan teknologi pendidikan itu luas sekali.
Penerapan teknologi pendidikan tidak hanya pada pendidikan yang pada umumnya berlaku di sekolah, atau pelatihan yang dilaksanakan oleh lemabag-lembaga, Institusi atau departememn saja, tetapi penerapan teknologi pendidikan juga berkembang luas di luar lembaga pendidikan. Kegiatan belajar tidak hanya dilakukan oleh perseorangan, melainkan juga oleh kelompok dan organisasi. 
C.     Penerapan Teknologi Pendidikan pada Pendidikan Agama Islam
Teknologi pendidikan telah berkembang sebagai suatu disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan tersebut dilandasi oleh serangkaian dalil atau dasar yang dijadikan patokan pembenaran. Secara filosofi, dasar keilmuan itu meliputi: Ontologi yaitu rumusan tentang gejala pengamatan yang dibatasi pada suatu pokok telaah khusus yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain. Contohnya siswa atau peserta didik bergaul dengan dunia lingkungan dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu oleh karena itu teknologi pendidikan dalam hal ini sebagai tahapan pengembangan untuk memudahkan hubungan siswa atau peserta didik dengan dunia lingkungannya peserta didik baik dimasyarakat atau disekolah selalu menghadapi realita atau objek pengalaman.
Epistemology, yaitu usaha atau prinsip intelektual untuk memperoleh kebenaran dalam pokok telaah yang ditentukan, contohnya ia membahas mengenai tentang pendidikan yang mengahadapi banyak persoalan-persoalan pendidikan seperti kurikulum, teori belajar, strategi belajar, bahan atau sarana dan prasarana yang menghantarkan terjadinya proses pendidikan, dan cara menentukan hasil pendidikan.
Aksiologi yaitu nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral atau etikan dan nilai seni serta keindahan/estetika. Contohnya peningkatan mutu pendidikan seperti menarik, efektif, efisien dan relevan dan penyempurnaan system pendidikan, dan juga meluas dan meratanya kesempatan akses pendidikan, penyesuaian dengan kondisi pembelajaran atau penyelarasan dengan perkembangan lingkungan dan peningkatan partisipasi masyarakat.[3]
Teknologi pendidikan perlu dipikirkan dan dibahas terus-menerus karena adanya kebutuhan nyata yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu: (a) tekad megadakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, (b) keharusan meningkatkan mutu pendidikan berupa penyempurnaan kurikulum, menyediakan berbagai sarana pembelajaran, (c) penyempurnaan system pendidikan dengan penelitian dan pengembangan.
Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Fungsi-fungsi teknologi pendidikan meliputi: Sumber Belajar, Pengelolaan Pendidikan, dan Pengembangan Pendidikan.
Fungsi-fungsi teknologi pendidikan meliputi: Sumber belajar , Pengelolaan Pendidikan dan Pengembangan Pendidikan. Pengelolaan pendidikan meliputi pengelolaan organisasi dan pengelolaan orang. Pengembangan pendidikan terdiri atas pengembangan teori penelitian, perancangan, produksi, penilaian dan pemanfaatan. Sumber belajar ada yang dirancang khusus untuk pembelajran (by design) dan ada yang dirancang untuk dapat dimanfaatkan sebagai keperluan pembelajaran (by utilization) dan sumber belajar dapat berasal dari bahan, alat atau perlengkapan, manusia dan tempat atau lingkungan. Semua fungsi atau kawan teknologi bertujuan agar proses pembelajaran bagi peserta didik dapat berjalan dengan baik.
Dari fungsi-fungsi ini, teknologi pendidikan dapat diartikan sebagai; “Teknologi pendidikan adalah teori yang berkenaan dengan cara bagaimana masalah-masalah belajar manusia diidentifikasi dan dipecahkan.”
Teknologi pendidikan adalah suatu bidang yang mencakup penerapan proses yang kompleks dan terpadu dalam menganalisis dan memecahkan masalah-masalah belajar manusia.
Teknologi pendidikan merupakan profesi dalam bentuk usaha yang terorganisir untuk menetapkan teori, teknik intelektual, dan penerapan praktis teknologi pendidikan.
Perkembangan terakhir, teknologi pendidikan secara konseptual didefinisikan sebagai: teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber dan sistem untuk belajar (Barbara Seels, 1994). Definisi tersebut mengandung pengertian ada empat komponen dalam teknologi pembelajaran, yaitu: (a) teori dan praktik; (b) desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian; (c) proses, sumber dan sistem; (d) untuk belajar.
1.      Suatu profesi harus memiliki landasan pengetahuan yang menunjang praktik. Teori terdiri dari konsep, bangun (konstruk), prinsip dan proposisi yang memberi sumabngan Teori dan Praktik terhadap ilmu pengetahuan. Sedangkan praktik merupakan penerapan pengetahuan tersebut dalam memecahkan masalah. Teori dan praktik banyak menggunakan model. Dan teori juga menghasilkan model untuk menvisualisasikan hubungan model yang disebut model konseptual.
2.      Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan, Penilaian dan Penelitian. Peristilahan in berhubungan dengan daerah basis pengetahuan maupun tugas yang dilakukan para pelaku dalam bidangnya masing-masing. Masing-masing peristilahan memiliki lingkup dan ciri khas untuk berkembang menjadi bidang kajian tersendiri.
3.      Proses, Sumber dan Sistem. Proses adalah serangkaian operasi atau kegiatan yang diarahkan pada suatu hasil tertentu. Sumber ialah hal yang mendukung terjadingan belajar, termasuk  sistem pelayanan, bahan pembelajaran dan lingkungan. 
4.      Untuk Belajar.Belajar adalah tujuan dan pembelajaran adalah sarana untuk mencapai tujuan belajar menyangkut adanya peruban yang relatif permanen pada pengetahuan atau perilaku seseorang karena pengalaman (Mayer, 1982).



Berikut penerapan teknologi informasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam antara lain, yaitu:
1.      Penggunaan program power point dalam proses pembelajaran PAI di kelas. Melalui proram tersebut, guru tinggal menulis poin-poin penting materi yang akan disampaikan.
2.      Menggunakan e-mail untuk mengumpulkan tugas dari peserta didik.
3.      Menggunakan mailing list untuk diskusi kelas yang diajarkan.
4.      Menggunakan web blog untuk pembelajaran di dalam atau luar kelas.
Telaah faktor yang mempengaruhi penerapan tekhnologi informasi dalam Pembelajaran PAI yaitu :
a.     Dukungan sarana dan prasarana yang representatif.
b.     Pembiayaan sebagai salah satu instrument yang mendukung pengadaan dan pelaksanaan pembelajaran PAI melalui tekhnologi informasi.
c.      Dukungan dan kebijakan baik dari pemerintah dan masyarakat, dalam pembelajaran PAI.
d.     Pentingnya dimiliki sumber daya, kemampuan dan keterampilan dalam penggunaan tekhnologi informasi terutama dalam proses pembelajaran.
e.      Aplikasi sistem (Software), oleh karena itu penting pengadaan dan penggunaan aplikasi yang mendukung model-model pembelajaran.
f.      Motifasi dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran PAI yang menggunakan tehnologi.
g.     Tekhnologi informasi dalam pembelajaran pada sisi lain membawa pengaruh negative terhadap diri siswa.
h.     Pentingnya penyediaan tenaga tekhnis yang memiliki keahlian atau keterampilan dalam mengelolah dan memelihara peralatan.[4]
D.     Hal Berkaitan Dengan Teknologi Pendidikan
a.       Teknologi pendidikan adalah teori tentang bagai mana masalah-masalah belajar didevinisikan dan dipecahkan.
b.      Teknologi pndidikan adalah suatu lapangan yang komplek yang melibtkan berbagai aspek , proses integrasi , menganalisis dan memecahkan masalah-masalah belajar.
c.       Teknologi pendidikan adalah suatu profesi dadari teknologi dalam kegiatan usaha mengorganisasi, mengemplementasikan teori, teknik dan praktek aplikasinya.
d.      Teknologi pendidikan sering dikacaukan dengan teknologi pendidikan. Teknologi dalam pendidikan adalah aplikasi terhadap sesuatu yang melibatkan suatu badan penyelenggara pendidikan. Termasuk kedalamnya aplikasi teknologi dalam makanan, kesehatan, pembiyayaan, penceranaan, pelaporan lembaga. Teknolgi pendidikan tidak sama dengan teknologi didalam pendidikan.
e.       Teknologi pendidkn sering dikacaukan dengan teknologi pengajaran. Teknologi pengajaran adalah suatu sub-set (perangkat) dari teknologi pendidikan, berdasarkan bahwa pengajaran adalah sub-setdari pendidikan. Jadi,  seluruh teknologi pengajaran cocok dalam parameter teknologi pengajaran; sedangkan teknologi pendididkan tidak cocok dalam parameter yeknologi pengajaran. Teknologi pengajaran tekanannya dalam kegiatannya operasional, sedangkan teknologi pendidikan lebih menekankan bahwa fungsi pengembangan dan manajemen. Oleh karna itu, mereka lebih banyak menggunakan sumber-sumber belajar dari pada komponen-komponen sistem pengajaran, mereka memasukkan seluruh sumber belajar yang dapat dipergunakan fasilitas belajar.
f.       Definisi teknologi pendidikan merupakan suatu teori, sebab ia mempertemukan kriteria dari eksistensi suatu fenomena, menerangkan, menyimpulkan, orientasi, sistematik, identifikasi, strategi generalisasi riset,   predikasi, dan suatu prinsip atau sekumpulan prinsip.
g.       Tenik pendidikan memiliki teknik intelektual yang khas. Suatu pendekatan untuk memecahkan masalah-masalah. Masing-masing fungsi pengembangan dan manajemen memiliki teknik tersendiri digabungkan dengannya. Teknik intelektual dari teknologi pendidikan lebih daripada jumlah bagian-bagian. Ini melibatkan integrasi  sistematika dari teknologi khusus dari fungsi-fungsi ini dan hubungannya, kedalam suatu yang kompleks, proses integrasi untuk menganalisis keseluruhan masalah dan menciptakan jalan keluar baru. Memptodeksi suatu efek sinergistik,
Menghasilkan keluaran yang tidak berdasarkan pada pelaksana elemen-elemen khusus secara terpisah. Jadi teknologi pendidikan ini khas, tidak ada lapangan lain yang menyamaianya. Teknologi pendidikan memiliki aplikasi praktistik. Eksistensi sumber-sumber belajar dan performance dari fungsi-fungsi pengembangan dan manajemen, serta merupakan petunjuk yang tegas dari aplikasi praktis. Aplikasi teknologi pendidikan mempengaruhi struktur organisasi pendidikan sebagai berikut :
a.       Mengubah dampak yang kuat dari teknologi pendidikan yang strategi kurikulu.
b.      Memperkenalkan 4 tipe pola pendidikan manusia sendiri sebagai sumber, sumber lain yang digunakan orang dan control, orang-orang dalam tanggung jawab bersama dengan sumber lain, (digabungkann kedalam system pendidikan yang mengunakan media pengajara), sumber lain (media pengajaran) sendiri.
c.       Membuat kemungkinan adanya bentuk-bentuk alternative lembaga untuk fasilitas belajar, dan dapat melayani seluruh tipe alternative lembaga ini. Aplikasi-aplikasi ini memiliki dampak yang bearti pada proses, spesifik pendidikan mengubah teknik berbuat, dan orang-orang yang berbuat, ketentuan isi (termasuk standardisasi, pemilihan, kuantitas dan kualitas) desain, produksi, evaluasi pengajaran, interaksi siswa. Hasilnya menunjukkan perubahan drastic dalam tata aturan sistem-sistem sekolah dan guru-guru secara individual.
Teknologi pendidikan memiliki panduan untuk latihan dan mendapatkan sertifikat. Merupakan kerangka dasar kompetensi untuk melatih orang-orang yang melaksanakan tugas dalam teknologi pendidikan. Kerangka merupakan dasar pada kelompok-kelompok tugas dari bermacam-macam fungsi dalam bidang teknologi pendidikan dan teknoloi pengajaran. Kelompok mengambarkan spesialisasi dalam lapangan yang singkat, yaitu  :
a.    Pengembangan program
b.   Pengembangan produksi media
c.    Manajemen media
Teknologi pendidikan memiliki persyaratan untuk para pengembang dan implementasi kepemimpinan dalam profsi yang disiapkan melalui bermacam-macam kegiatan kaderisasi kepemimpinan dan program-program masa belajar. Ditambah latihan-latihan fungsi kepemimpinan dalam lapangan pendidikan melalui peran serta dalam kerja sama kelompok dana bantuan dan publikasi.
E.     Teknologi Dalam Pendidikan
Teknologi dalam pendidikan mencakup mencakup semua alat yang dapat digunakan untuk menyajikan, dan  khususnya yang berkenaan dengan pendidikan dan penilaian, seperti televisi, laboratorium bahasa, dan berbagai media yang diproyeksiakan serta komputer. Dapat dikatakan, bahwa semua yang tercakup sebagai audio-visual aids digolongkan sebagai teknologi dalam pendidikan (technology in education) (hamalik 2000; 18).
Bidang alat-alat audio –visual itu sendiri merupakan perpaduan antara dua hal berbeda, tetapi saling berkaitan, yang disebut dengan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkt keras berkenaan dengan peralatan/perlengkapan, seperti: OHP, proyektor slide, tape recorder, televisi, video cassette, mikro komputer. Perangkat lunak berkaitan dengan berbagai macam yang digunakan dalam hubungannya dengan peralatan tadi, seperti transparansi, audiotape, rekaman video, dan program komputer.
Teknologi daam pendidikan merupakan suatu objek yang sangat penting dari teknologi pendidikan berkenaan terutama dengan penggunaan unit-unit audio-visual aids dengan mempergunakan perangkat keras sesuai dengan perangkat lunak, maka efisiensi dan efektivitas, serta kualitas pembelajaran dapat diperbaiki atau ditingkatkan. Hal ini yang mendasari perkembangan teknologi dalam pendidikan dewasa ini. Perangkat keras mengandung konotasi penggunaan teknik engineering seperti optik dan elektronik dan selanjutnya dikembangkan perangkat lunak berupa materi belajar. Yang serasi yang berlandaskan pada psikologi dan teori-teori belajar, yang pada gilirannya menimbulkan pemikiran mengenai perlunya desain belajar mengajar, dan pada akhirnya muncul penafsiran baru yang disebut dengan teknologi pendidikan.
F.      Cara-Cara Menggunakan Atau Memanfaatkan Alat-Alat Teknologi Pendidikan Dan Jaringan Informasi
Banyak tokoh teknologi pendidikan, seperti Thorndike, Pressey, Pavlov, Skinner, Crowder dan sebagainya. Edward L. Thorndike terkenal dengan teorinya law of effect, dimana belajar akan berhasil jika hasil belajar itu memeberikan rasa senang kepada diri anak. Oleh Karena itu setiap jawaban dari stimulus harus diikuti dengan reinforcements tertentu, sehingga anak merasakan sukses berangkai. pressey memperkenalkan mesin mengajar (teaching machine) sebagai perangkat keras yang harus diisi dengan perangkat lunak. Pressey menggunakan tes objektif yang dapat dinilai sendiri oleh anak.
                        Kemajuan yang dicapai manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membuat ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri berkembang semakin pesat. Pola hidup manusia dengan kemajuan ilmu dan teknologi mempunyai hubungan erat, pendidikan mungkin wadah paling menonjol dalam rangka kemajuan itu, dalam rangka kegiatan pendidikan, ada beberapa media yang dapat digunakan, mulai dari paling sederhana sampai kepada yang canggih. Beberapa cara menggunakan dan memanfaatkan alat-alat teknologi antara lain sebagai berikut:
a.       Papan tulis
Papan tulis digunakan hamper si setiap ruangan kelas.papan tulis biasanya terbuat dari papan biasa, tripleks atau slate. Papan tulis sangat baik untuk membuat tulisan, gambar, grafik dan sebagainya. Di sekolah-sekolah tradisional papan tulis biasanya dipakai secara penuh, akan tetapi disekolah-sekolah modern, dimana media teknologi cukup bervariasi, papan tulis biasanya digunakan secara terbatas.
Papan tulis mempunyai nilai tertentu, seperti penyajian bahan dapat dilakukan secara jelas, kesalahan tulisan mudah diperbaiki, dapat merasang anak untuk aktif, dapat menarik perhatian. Penggunaan papan tulis memerlukan keterampilan menulis dan kerajinan membersihkannya.
b.      Bulletin board dan display
Alat ini biasanya dibuat secara khusus dan digunakan untuk mempertontonkan pekerjaan siswa, gambar-gambar, bagan, poster atau objek berdimensi lainnya. Bulletin board dan display mempunyai nilai tertentu,  seperti tempat mempertontonkan gambar-gambar khusus yang menunjukkan benda, poster atau karya kelas lainnya, dapat digunakan sebagai papan pengumuman kelas, pengumuman sekolah atau petugas- petugas memperluas minat anak dan menimbulkan semangat dan bertanggung jawab bersama, menambah pengalaman baru, membangkitkan kecakapan artistic, merangsang inisiatif, kreativitas dan sebagainya.

c.       Gambar dan ilustrasi fotografi
Gambar ini tidak diproyeksikan, dapat disekitar kita dan relative mudah diperoleh untuk pertunjukkan kepada anak. Gambar ilustrasi fotografi yang berwarna lebih menarik, arti dari sebuah gambar ditentukan oleh persepsi masing-masing.  Gambar dan ilustrasi fotografi mempunyai nilai tertentu, yaitu bersifat konkret, tak terlalu terbatas pada ruang dan waktu, membantu memperjelas masalah, membantu kelemahan indera, mudah didapati, relatif murah, disamping mudah digunakan.
d.      Slide dan filmstrip
Slide dan filmstrip merupakan gambar yang di proyeksikan, dapat dilihat mudah dan dioperasikan. Disekolah-sekolah tradisional hamper tak pernah digunakan karena slide dan filmstrip mensyaratkan sumber tenaga listrik dan perangkat keras.
Slide dan filmstrip mempunyai nilai tertentu, yaitu memudahkan penyajian seperangkat materi tertentu, membangkitkan minat anak, keseragaman informasi, dapat dilakukan secara berulang-ulang, menjangkau semua bidang pelajaran. Penggunaan slide dan filmstrio memerlukan keterampilan tertentu, termasuk kemampuan memberi penjelasan, baik penjelasan pokok maupun pejjelasan tambahan.
e.       Film
Film pendidik dianggap efektif untuk digunakan sebagai alat bantu pengajaran. Film yang diputar didepan siswa harus merupakan bagian integral dari kegiatan pengajaran.
Film mempunyai nilai tertentu, seperti dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar, memancing inspirasi baru, menarik perhatian, penyajian lebih baik karena mengandung nilai-nilai rekreasi, dapat memperlihatkan perlakuan objek yang sebenarnya, sebagai pelengkap catatan, menjelaskan hal-hal abstrak, mengatasi rintangan bahasa dll.
f.       Rekaman pendidikan
Istilah asing dari alat ini adalah recording, yakni alat audio yang tidak diikuti dengan visual. Melalui alat ini kita dapat mendengarkan cerita, pidato, music, sajak, pengejian dll. Rekaman ini sering dilakukan oleh kelompok individu siswa misalnya merekam ceramah guru.
Rekaman pendidikan memiliki nilai tertentu, seperti dapat memberikan bermacam-macam bahan, pelajaran dapat lebih konkret, mendorong aktifitas belajar, dapat dibawa kemana-mana, keaslian berang lebih terjamin, penggunaan barang lebih efisien.
8.  Radio pedidikan
Radio adalah alat elektronik yang muncul dari hasil teknologi komunikasi. Melalui alat ini orang dapat mendengarkan siaran dari berbagai penjuru dan peristiwa. Radio pendidikan biasanya tidak dipergunakan penuh langsung untuk tujuan pendidikan. Di radio pendidikan, biasanya siaran khusus untuk pendidikan diatur dengan jadwal.
Radio pendidikan mempunyai nilai tertentu, seperti memberikan berita yang up to date, menarik minat, jangkuan luas, berdasrkan kenyataan, mendorong kreatif, mempunyai nilai rekreatif.
9.  Televise pendidikan
Televise adalah alat elektronik yang berfungsi menyerbarkan gambar dan diikuti oleh suara tertentu. Pada dasarnya sama dengan gambar hidup bersuara. Televise pendidikan dianggap barang mewah, karenanya sulit dijangkau. Penggunaan televise, menurut yusufhadi miarso (1980) dapat dilakukan dengan beberapa alternative.
a.       Televise siaran, yaitu pemancaran melalui saluran televisi umum dengan berkas pancaran meluas atau tidak tertuju ke arah tertentu. Pemancaran ini merupakan rangakaian terbuka (open circuit) dan umumnya dapat diterima oleh pesawat penerima biasa.
b.      Televise rangkaian tertutup (closed circuit television) yang pancarannya tidak dapat melalui kabel koasial atau gelombang mikro (untuk ini diperlukan peralatan penerimaan khusus).
c.       Televisi pengajaran dengan pelayanan tertentu (instructional television fixed service), yaitu system pemancaran dan penerimaan televisi pada frekuensi istimewa yang khusus dialokasikan.
d.      Televise slow scan yaitu system pemancaran gambar mati secara bertahap dengan melalui saluran telepon atau radio biasa. System ini mirip dengan faksimile, hanya dalam slowscan gambar dibentuk dalam waktu yang singkat dan gambaran disajikan dalam CRT (cathode ray tube) sedangkan faksimile memproduksi kopi cetak (copy printout) dalam waktu yang lebih lama.
e.       Televise time shared, suatu rangkaian sistem yang satu saluran televisi memancarkan, misalnya 300 gambar mati kepada 300 penonton yang berlainan, masing-masing untuk 30 detik, biasanya kita mengamati 300 frame yang berurutan dari satu gambar yang hidup.
f.       Teleblackboard yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh ITB dengan bekerjasama T.H. Delf yang mampu memancarkan secara serentak suara dengan tulisan dan garis yang dibuat  di sebidang papan khusus.
Televise pendidikan mempunyai nilai tertentu, yaitu bersifat langsung dan nyata, jangkauan luas, memungkinkan penyajian aneka ragam peristiwa dan menarik minat.
10.  Peta dan globe
Peta adalah penyajian visual dari muka bumi, globe adalah bola bumi atau model. Peta dan globe berbeda secara gradual, akan tetapi saling melengkapi.
11.           Buku pelajaran
Buku pelajaran merupakan alat pelajaran yang paling populer dan banyak digunakan ditengah-tengah penggunaan alat pelajaran lainnya, lebih-lebih akhir-akhir ini, dimana alat cetak telah memasuki abad super modern.
Buku pelajaran mempunyai nilai tertentu, seperti membantu guru dalam merealisasikan kurikulum, memudahkan kontinuitas pelajaran, dapat dijadikan pegangan, memancing aspirasi, dapat menyajikan materi yang seragam, mudah diulang dan sebagainya.
12.          Overhead projector
Proyektor lintas kepala (overhead projector) memproyeksikan pada layar apa yang tergambar atau tertulis pada kertas transparan. Penggunaan transparan tidak jauh berbeda dengan penggunaan papan tulis. Alat ini dapat digunakan dengan tidak harus menggelapkan ruangan.
13.          Tape recorder
Alat ini sudah memasyarakatkan. Alat ini sangat serasi untuk digunakan dalam pelajaran bahasa. Keuntungan penggunaan alat ini antara lain murid dapat mendengarkan kembali apa yang dibacanya, dapat digunakan dalam interview, memudahkan pemahamanterhadap pengguasaan anak terutama dalam pelajaran bahasa.
14.              Alat teknologi pendidikan lainnya adalah mesin belajar dan belajar berprograma, laboratorium bahasa, computer, model, pameran, museum sekolah, dramatisasi, dan demonstrasi, manusia sumber, surveimasyarakat, pelayanan terhadap masyarakat, kemah, kerja lapangan dan lain sebagainya juga merupakan media pendidikan yang mengandung nilai-nilai pendidikan.
Beberapa rumusan spesifik yang dapat ditarik berdasarkan uraian diatas, yaitu :
1.    Teknologi pendidikan merupakan media yang lahir dari revolusi teknologi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Teknologi pendidikan mensyaratkan ide, peralatan, organisasi dan manajemen yang dikaji secara sistematis, rasional dan ilmiah.
2.      Pemanfaatan teknologi komunikasi untuk kegiatan pendidikan dan teknologi pendidikan itu sendiri mutlak perlu dalam rangka kegiatan belajar mengajar. Karena dengan pendekatan ilmiah, sistematis dan rasional seperti dituntut teknologi pendidikan tujuan pendidikan yang efektif dan efisien akan tercapai.
3.      Pemanfaatan media pendidikan mempunyai implikasi tertentu dalam proses belajar mengajar, sesuai dengan ciri dan kegunaan masing-masing media itu. Teknologi pendidikan itu sendiri menyangkut perangkat keras dan perangkat lunak, yang dalam praktiknya biasanya saling mengisi.
4.      Teknologi pendidikan mempunyai arti tertentu dalam kegiatan belajar mengajar, seperti pendidikan lebih produktif, memungkinkan pengajaran lebih individual, ilmiah, seketika dan luas.
5.      Teknologi pendidikan tidak selamanya mengandung ati pemanfaatan perangkat keras yang rumit dan kompleks. Bentuk pengajaran seperti ceramah, diskusi, seminar, karyawisata dan sebagainya dapat memenuhi syarat-syarat teknologi pendidikan. Dalam teknologi pendidikan yang paling penting adalah bahwa kegiatan pengajaran didekati secara sistematis, rasional dan ilmiah.
6.      Pemanfaatan media teknologi pendidikan yang beraneka ragam itu menuntut keterampilan tersendiri dari para pelaksana pendidikan.[5]
G.    Pengembangan jaringan informasi
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh institusi pendidikan atau pusat-pusat latihan, terutama memasuki abad ke-21 ini. Orang makin sadar, bahwa akumulasi modal, kemampuan teknologi, situasi dan sumber daya alam hanya menyumbang sekitar 20% bagi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi pada umumnya. Selebihnya, sekitar 80% ditentukan oleh kualiotas sumber daya manusia, berupa keterampilan dan kemampuan profesional dalam bidang manajemen. Makin mampu bangsa kita menata kualitas sumber daya manusia, makin mudah pula usaha mewujudkan masyarakat bahagia atau masyarakat yang mempunyai mobilitas tinggi yang terhindar dari kemiskinan dan frustasi.
Kalangan bisnis industrial pada abad ke-21 harus makin sadar, bahwa keunggulam komparatif bukanlah terletak pada upah buruh rendah, bahan baku murah, memanipulasi timbangan, dan penurunan kualitas produk untuk mengejar kuantitas/ keunggulan komparatif justru terletak pada kualitas sumber daya manusianya. Mengikuti konsep pendekatan korelasi (correlation approach), bahwa makin tinggi rata-rata tingkat pendidikan penduduk suatu Negara. Tugas penyelenggara pendidikan yang sekaligus menjadi tugas kita semua adalah mengupayakan universalisasi pendidikan setinggi mungkin, minimal pada tingkat SLTP atau pendidikan dasar9 tahun. Jika rata-rata penduduk kelas bawah telah punya kemampuan skolastik (menulis, membaca dan berhitung), maka upaya mewujudkan masyarakat bahagia akan makin mudah.
Pengembangan jaringan informasi adalah upaya mendasar yang perlu disegerakan. Masyarakat kalangan bawah, seperti kelompok-kelompok rumah tangga miskin, rentan, tak berdaya, dan labil adalah kelompok sasaran yang harus diutamakan. Kelompok masyarakat semacam ini bersikap statis, tanpa persaingan yang memadai dan pasrah menghadapi lingkungan (chambers, 1988). Sejalan dengan itu, ada kelompok dinamis yang selalu merasakan waktu yang 1x24 jam sehari semalam terlalu singkat, uang tabungan selalu terlalu kecil, mobil mewah kurang mewah, parabola belum cukup dan berlibur sekali setahun ke objek rekreasi terindah di dunia terlalu jarang. Jurang perbedaan antara kelompok beruntung dan kelompok teraniaya laksana bumi dengan langit. Pengembangan jaringan informasi yang mudah, murah dan bermanfaat merupakan salah satu alternative pilihan yang dapat diambil segera.



1.     Alat teknologi untuk pendidikan
Disadari atau tidak oleh seluruh masyarakat Indonesia, yang nyata adalah : tidak semua warga punya nasib baik. Kalau dikota-kota, orang sudah meraskan nikmat dan dampak globalisasi, didesa-desa orang tetap beralat dengan alam untuk mencari sesuap nasi. Orang kota sudah mengenal antenna parabola, televisi kabel, fax, telepon digital, computer netway, tele = education, tele-library, tele-laboratory, tele-conference dan sebagainya. Orang desa, sebaliknya, berpindah dari lahan garapan satu ke lahan garapan yang lain, ke tanaman produksi/sayuran sejenis ke jenis lain, pola menu makanan yang menoton, bertambah banyak anak, rentan penyakit, dan buta informasi serta pendidikan anak tertinggal.
Salah satu penyebab ketertinggalan itu adalah ketidakadaan alat teknologi seperti televise, yang bukan saja tidak terbeli tetapi belum terjangkau oleh siaran. Pada skala nasional, diperkirakan TVRI dan TPI baru daapat dinikmati oleh 60% penduduk. Satu-satunya alat teknologi yang dimiliki oleh hampir seluruh penduduk desa terpencil, berdasarkan hasil studi kasus adalah radio (Sudarwan dan Hadiwinarto, 1992). Meskipun demikian, ternyata acara yang paling mereka senangi adalah siaran berita dan hiburan (musik dangdut, pop, dan sandiwara). Masyarakat desa, terutama di desa-desa pedalaman sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan irian dan di banyak pulau kecil belum dapat menikmati siaran TVRI dan TPI, karena tidak tersedia relay yang cukup, tidak sanggup membeli atau alas an lain.
Penggunaan teknologi komunikasi televise, seperti TVRI dan TPI makin dirasakan manfaatnya, terutama sejalan dengan program pemerataan kuantitatif bidang pendidikan. Dibukanya TPI, program siaran untuk mahasiswa universitas terbuka, pengajaran bahasa, siaran pedesaan, film seri dan film lepas dan informasi pembangunan lain sangat membantu percepatan arus informasi kepada masyarakat. Khusus untuk program pengajaran di TPI, meskipin secara konseptual diakui manfaatnya besar, namun dari segi teknis masih perlu pembenahan, seperti jam siaran yang notabene sebagian besar konsumennya sedang berada dikelas, lebih-lebih ada perbedaan waktu antara Indonesia bagian barat, tengah dan timur. Efesiensi dan percepatan arus informasi yang diperlukan oleh anak didik.
Sementara itu memang masih dirasakan bahwa tersedianya alat-alat teknologi canggih, terutama teknologi informasi dan komunikasi baru intensif dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan pertahanan dan keamanan, penginderaan jarak jauh, bisnis, industri, penerbangan, perbankan, hiburan, promosi dan lain-lain. Pemanfaatannya untuk kepentingan pendidikan (dalam arti pendistribusian subject matter) belum sepenuhnya memadai. Alat-alat canggih bidang teknologi informasi komunikasi dimasa dating, terutama pada skala terbatas, akan memungkinkan hadirnya sajian bahan pendidikan, perpustakaan laboratorium jarakn jauh.
2.    Media catak dan sarana fisik
Media cetak yang murah dan banyak jumlahnya serta terbesar pada seluruh wilayah menjadi dambaan seluruh umat. Fungsinya tidak kalah dengan radio (program audio) dan televise (program audio visual),. Bahkan untuk kalangan tertentu, bahan bacaan (buku, jurnal, majalah, Koran, manual instruction, brosur dan lain-lain) lebih menguntungkan, karena dapat dibaca ulang dan dijadikan bahan acuan ilmiah. Bahan-bahan itu tersebar ditoko-toko buku, dirumah-rumah pribadi, di kaki lima dan bahkan di tangan pedagang asongan.
Di Indonesia, secara kuantitatif, perpustakaan yang ada cukup memadai. Tahun 1986, ada 295 buah perpustakaan khusus, perpustakaan universitas (negeri dan swasta) sebanyak 252 buah, perpustakaan keliling 111 buah, perpustakaan sekolah 1.139 buah, perpustakaan desa 524 buah, dan perpustakaan wilayah (di tingkat propinsi dan kabupaten) ada 300 buah (Daud, 1992). Jumlah pertambahan halaman buku dan media cetak lain diperpustakaan kita, dalam satuan tahun, memang belum dicatat secara pasti. Namun demikian, melihat perkembangan global, dimana setiap tahun ada pertambahan sekitar 60.000.000 halaman media cetak di perpustakaan, tentu saja yang kita nikmati baru bebrapa di antaranya, di banyak perpustakaan universitas, dipusat dokumentasi ilmiah (PDII-LIPI), di lembaga (balai/pusat penelitian universitas, di litbang departemen ada sejenisnya juga dihimpun data hasil penelitian, abstraksi tesis dan disertai, proseding seminar dan lain-lain, yang menurut mempercepat proses pendistribusian informasi ilmiah yang mahal harganya, namun bermanfaat besar bagi kehidupan umat manusia.
            Jaringan informasi perlu dikembangkan dengan jalan mengerakkan bebrapa kunci utama. Marwah Daud Ibrahim (1992), project program, mengemukakan bahwa ada bebrapa kunci utama dalam mengembangkan suatu jaringan informasi, yaitu:
            Pertama, komitmen yang konsisten untuk melengkapi jumlah dan jenis buku serta alat belajar. Mungkin dengan bahasa lain dapat dikatakan bahwa, dibutuhkan suatu kemauan politik untuk memberikan perhatian pada sumber dan media informasi pendidikan. Selama ini perhatian biasanya lebih diutamakan pada gedung, belum pada isi perpustakaan yang merupakan roh, serta sumber hidup dan persyaratan peningkatan kualitas tenaga didik dan peserta didik, kita berharap bahwa di masa depan, perhatian lebih difokuskan pada efektivitas sarana yang sangat penting ini.
                        Kedua, sistem pendidikan yang mendorong orang untuk meningkatkan kegairahan belajar bukan sekedar kesiapan mengikuti dan lulus ujian. Sampai sekarang masih sering terdengar keluhan bahwa untuk apa meningkatkan fasilitas perpustakaan atau koleksi buku, jika jumlah orang yang dating membaca atau meminjam buku masih sangat terbatas. Karena itu tanpa upaya serius untuk mengembangkan sistem belajar yang mendorong mahasiswa mencari ilmu sendiri, dan melihat guru sebagai fasilitator belajar, tampaknya perpustakaan akan sepi pengunjung. Lalu apa gunanya bicara tentang pengembangan jaringan jika yang ada saja tidak termaksimalkan penggunaannya dilokasi sistem laksanakan.
                        Ketiga, diperlukan pengaturan administrasi dan manajemen yang memungkinkan orang aktif (saling mengakses) dalam jaringan informasi pendidikan nasional. Perancangan dan pengembangan sistem manajemen dan administrasi ini terkandung jauh lebih rumit. Karena itu strategi, orientasi dan aturan mainnya hanyalah untuk tujuan-tujuan pendidikan sendiri.
            Keempat, diperlukan tenaga profesional yang kompeten, berdedikasi tinggi serta memiliki visi yang terbuka. Tanpa tenaga dengan kualifikasi tersebut susah dikembangkan jaringan informasi yang berkualitas. Kompetensi tenaga ini antara lain dalam bidang perpustakaan, jaringan kerja, computer, telekomunikasi, terutama menyangkut aspek softwarenya.
                                    Kelima, diperlukan dana yang cukup. Dana pengembangan ini termasuk di antaranya untuk pembelian buku dari dalam dan luar negeri, untuk langganan jurnal dan CD-ROM, untuk membangun database, dan pendidikan staf, untuk mebayar tenaga kerja, dan seterusnya. Sayang sekali pengembangan fasilitas baca sampai sekarang masih menduduki jajaran bawah dalam prioritas pengembangan sarana belajar.
                        Keenam, diperlukan perencanaan teknis yang runtut. Tentu saja yang dimaksud disini tidak selalu harus dengan teknologi yang canggih, denagn jaringan computer atau telekomunikasi yang mahal. Tapi dimulai dengan membudayakan dan melembagakan kebiasaan pertukaran sumber daya yang ada pada pusat pendidikan satu dengan yang lain juga bisa memicu lahirnya rasa tanggung jawab bersma dalam menigkatkan kualitas belajar mengajar. Di level yang sudah maju nantinya dapat  dibantu dengan pengembangan jaringan teknologi computer modern, online, atau offline connection, surat elektronik dan sebagainya.
            Kemajuan, kebahagian, dan kesejahteraan serta memperoleh pendidikan, dengan sekuat apapun usaha pemerintah dan berbagai kalangan yang kompeten, walau bagaimanapun akan tetap berjalan imbang. Penyebaran media informasi hanyalah alat semata, yang paling menetukan adalah sumber daya manusianya.  Perlu disadari oleh semua pihak (guru, masyarakat umum, kaum profesional dan terutama masyarakat desa sendiri) bahwa tujuan akhir hidup masyarakat desa terutama harus menerima secara sadar, baik kata maupun perbuatan, bahwa hidup didesa tidak identik dengan penderitaan menahun dan hidup dikota identic dengan kebahagian sepanjang hayat.
   Tampilnya siaran media massa yang berorientasi ke desa, perpustakaan desa, film penerangan dipedesaan, tenaga PPL, AMD, JMD, HMD dan arus balik profesional lain akan sangat membantu. Pada level tertentu seperti untuk keperluan bisnis berskala besar, menempuh pendidikan lebih tinggi atau karena berprestasi luar biasa dari sebagian warga, tidak menutup kemungkinan berkompetensi dikota. Yang perlu dihindari adalah : hidup dikota dengan kondisi serba kurang, frustasi dan merepotkan orang lain. Kalau demikian adanya keberatan warga masyarakat yang demikian adanya keberatan warga masyarakat yang demikian bukan membantu usaha kesejahteraan sosial, melainkan menambah rumit masalah sosial.
3.    Memasukkan subsistem alam dikelas-kelas sekolah.
Manusia dilahirkan dimuka bumi ini telah ditakdirkan memiliki kemampuan verbal. Tapi manusia tidak ditakdirkan menjadi verbalis. Kemampuan verbal itu lebih banyak dijadikan modal untuk menjadi seorang verbalis, hanya menggunakan kata-kata melulu. Kenyataan yang amat kontras dan paling banyak terjadi justru terjadi dikelas-kelas sekolah.
Sampel pakis, buah manga, jagung dan sejenisnya begitu banyak “di hutan-hutan” dipinggir perkampungan atau dihalaman ruang disekitar kita. Namun, guru hampir tidak pernah menghadirkan subsistem alam itu di kelas-kelas sekolah untuk keperluan pengajaran ilmu tumbuhan yang berkenaan dengan materi perkembangbiakan melalui spora, tumbuh-tumbuhan dikotil dan monokotil dan lain-lain. Keluhan yang muncul selama ini, bahwa efektivitas pengajaran rendah dikarenakan media pengajaran tidak tersedia, kalaupun banyak benarnya, namun banyak tidak dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.
Tidaklah justru potensi subsistensi alam belum dimanfaatkan sungguh-sungguh oleh kita sebagai pendidik. Falsafah yang berkembang disumatera barat, dalam terkembang menjadi guru, punya makna yang mendalam, bahwa isi pendidikan sebenarnya tidak lain dari apa yang ada di sekitar kita.














BAB III
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar, belajar lebih efektif dan efisien, lebih luas dan lebih cepat, dan seterusnya.
Bidang alat-alat audio –visual itu sendiri merupakan perpaduan antara dua hal berbeda, tetapi saling berkaitan, yang disebut dengan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkt keras berkenaan dengan peralatan/perlengkapan, seperti: OHP, proyektor slide, tape recorder, televisi, video cassette, mikro komputer. Perangkat lunak berkaitan dengan berbagai macam yang digunakan dalam hubungannya dengan peralatan tadi, seperti transparansi, audiotape, rekaman video, dan program komputer.
Teknologi dalam pendidikan merupakan suatu objek yang sangat penting dari teknologi pendidikan berkenaan terutama dengan penggunaan unit-unit audio-visual aids dengan mempergunakan perangkat keras sesuai dengan perangkat lunak, maka efisiensi dan efektivitas, serta kualitas pembelajaran dapat diperbaiki atau ditingkatkan. Hal ini yang mendasari perkembangan teknologi dalam pendidikan dewasa ini.
Beberapa cara menggunakan dan memanfaatkan alat-alat teknologi antara lain sebagai berikut:
a.     Papan tulis
b.    Bulletin board dan display
c.     Gambar dan ilustrasi fotografi
d.    Slide dan filmstrip
e.     Film
f.     Rekaman pendidika, dan lain sebagainya
Kemajuan yang dicapai manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membuat ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri berkembang semakin pesat. Pola hidup manusia dengan kemajuan ilmu dan teknologi mempunyai hubungan erat, pendidikan mungkin wadah paling menonjol dalam rangka kemajuan itu, dalam rangka kegiatan pendidikan, ada beberapa media yang dapat digunakan, mulai dari paling sederhana sampai kepada yang canggih.



DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, deni. Teknologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013
S, Nasution. Teknologi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005
Danim, Sudarwan. Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010







[1] Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 106.
[2] Ibid., hal. 112
[3] Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 17
[4] Ibid., hlm. 20
[5] Nasution, S, Teknologi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), 101
 


Komentar

  1. terima kasih artikelnya sangat membantu, kebetulan kami juga bergerak di bidang pengembangan aplikasi khususnya untuk absensi sekolah berbasis sms gateway terhubung langsung dengan HP orang tua, cocok juga untuk absensi pegawai kantor, untuk lebih jelasnya silahkan kunjungi website kami www.schoolmantic.com

    BalasHapus

Posting Komentar